Sunday 22 October 2023

MENDIDIK ANAK DI ERA REVOLUSI DIGITAL 4.0

 

 


Oleh: Markus Heri Prassetyo, S.T.


BAB 1 LATAR BELAKANG MASALAH 

Anak adalah anugerah terindah bagi setiap orang tua. Maka tidaklah mengherankan jika setiap orang akan memberikan yang terbaik bagi buah hati tercinta termasuk dalam hal pendidikannya. Pendidikan merupakan salah satu pilar yang menentukan kemajuan dan kualitas suatu bangsa. Oleh sebab itu setiap warga negara wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. 

Jaman globalisasi ditandai dengan berkembangnya dunia teknologi secara pesat. Bahkan dunia saat ini yang berada pada masa revolusi industri 4.0  ditandai dengan digitalisasi pada berbagai hal. Perkembangan teknologi yang berkembang pesat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi manusia, terutama dalam pendidikan anak. Memilih pendidikan anak di era digital memang lebih sulit dibandingkan dulu. Di era digital di mana semua orang telah melek teknologi atau gadget, termasuk anak-anak yang tumbuh dengan kecanggihan teknologi yang memudahkan akses informasi kapan pun dan dimana pun. Internet World Stats mencatat estimasi jumlah penduduk Indonesia mencapai 273 juta jiwa dengan jumlah pengguna internet Januari 2020 sebanyak 171 juta jiwa dan menempatkan Indonesia pada urutan ke-5 sebagai negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia setelah China, India, Amerika Serikat, dan Brasil  https://www.internetworldstats.com/stats3.htm#asia.  Akan tetapi penggunaan internet di era digital belum dimanfaatkan secara optimal, karena sebagian besar pengguna internet masih berfokus pada pemanfaatan media sosial  (tercatat pengguna Facebook sampai Januari 2020 sebanyak 136 juta) belum didominasi dengan pemahaman yang lebih maju bahwa dunia digital bisa dioptimalkan lebih maksimal, tidak saja untuk berkomunikasi dalam kapasitas pergaulan dan persahabatan, tapi juga bisa untuk sharing knowledge, aktualisasi diri, hingga motif bisnis dan ekonomi. 


Kita berharap agar jangan sampai dengan mudahnya akses internet di era digital ini berdampak negatif untuk bangsa, termasuk untuk anak-anak. Sebagai orang tua harus jeli memberikan pendidikan yang tepat terutama sejak usia dini untuk mengantisipasi perkembangan teknologi di era digital. Pendidikan usia dini, sejak anak usia 0-6 tahun inilah yang akan menjadi tulang punggung pembangunan dan menentukan masa depan bangsa. Anak-anak perlu diberikan pendidikan sejak usia dini untuk diarahkan dan diajarkan serta untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi dan menggunakannya secara bijak dan kreatif. Sikap inilah yang perlu untuk dibangun sejak dini baik oleh institusi pendidikan maupun keluarga.


Orang tua dituntut untuk bisa memahami perkembangan teknologi karena banyak anak yang terpengaruh oleh dunia digital. Apabila anak-anak tidak diarahkan dengan baik maka mereka bisa terkena dampak negatif teknologi yang akan mengganggu tumbuh kembangnya. Berbagai kasus ditemukan tentang pengaruh negatif teknologi terhadap anak, misalnya kecanduan game sehingga mengganggu konsentrasi belajar anak. Orang tua perlu menerapkan pengasuhan yang tepat sesuai dengan kondisi masa kini yang serba digital. 


BAB 2 TUJUAN TEORITIS

Tujuan teoritis:

  1. memahami pengaruh revolusi digital; 

  2. memahami dampak era digital bagi anak; 

  3. memahami tantangan yang dihadapi pada era digital terkait dengan pendidikan dan pengasuhan anak; dan 

  4. memahami cara mendidik anak pada era digital


BAB 3 PEMBAHASAN

3.1.  Revolusi Digital

Saat ini kita berada pada era digital atau lebih dikenal dengan era revolusi industri 4.0.  Pada era ini informasi mudah dan cepat diperoleh serta disebarluaskan dengan menggunakan teknologi digital. Bisa dikatakan bahwa era digital merupakan dunia serba gadget dan internet. Jaman telah berubah, kita berbeda jaman dan berbeda generasi dengan anak-anak kita sekarang ini. Kita banyak melihat anak berumur dua tahun sudah fasih sekali mengoperasikan YouTube, sedangkan kita sendiri kadang kesulitan. Padahal saat dahulu pertama kali memegang gadget kita merasa sangat kesulitan. Era digital ini sudah mengubah kebiasaan kita. Sebelumnya jika kita ingin mengirim surat, kita hanya bisa mengirimnya lewat pos. Namun, sekarang ada alternatif lain, yaitu melalui pos-elektronik (e-mail). Apabila dahulu orang mendengarkan musik melalui kaset atau CD, sekarang sudah ada gadget khusus untuk mendengarkan musik dan bahkan ada perangkat lunaknya. Dahulu apabila berbelanja orang harus berkeliling toko, tetapi sekarang sudah bisa berbelanja melalui internet karena ada toko daring (online) seperti Lazada, Bukalapak, Tokopedia.

Teknologi digital atau gadget itu sendiri pada dasarnya bersifat netral. Seperti halnya dua mata pisau, gadget bisa bermanfaat bisa juga berbahaya. Yang menentukan pisau itu berbahaya atau bermanfaat adalah penggunanya. Jika dipakai oleh seorang koki maka pisau itu dapat digunakan untuk memotong sayuran, daging, dan buah-buahan, kemudian dijual dan dinikmati bersama. Sementara itu, jika digunakan oleh seorang penjahat, pisau itu dapat digunakan untuk membunuh, mencuri, merampok, dan sebagainya.


3.2. Dampak Positif Era Digital 

Kini, tentunya kita sudah merasakan sendiri bahwa teknologi digital ini banyak membantu dalam berbagai aspek kehidupan kita. Salah satunya teknologi ini dapat menjadi sumber informasi seperti Google, YouTube yang menjadi tempat orang-orang belajar dan mencari informasi dengan mudah dan cepat. Dahulu ketika kita mengirim surat hanya ada satu pilihan, yaitu melalui pos. Namun, dengan teknologi digital kini kita bisa mengirim surat melalui e-mail. Selain itu, pada era digital ini kita tidak perlu kaget ketika anak-anak sekarang ditanya cita-citanya ingin menjadi apa? Mereka menjawab ingin menjadi youtuber, selebgram, atlet e-sport (game), atau programmer. Padahal dahulu mungkin kalau kita ditanya tentang cita-cita banyak yang menjawab ingin menjadi guru, polisi, pilot, atau dokter. Pada kenyataannya sekarang sudah ada para youtuber cilik yang mampu menginspirasi bahkan menghasilkan uang puluhan jutaan rupiah dari YouTube. Jenis profesi pada era digital ini tentunya lebih banyak jenisnya dibandingkan dengan era kita. Apabila hari ini ditanya tentang cita-citanya, mayoritas anak-anak sontak menjawab ingin menjadi youtuber, gamer, endorser, dan sebagainya. Mari kita coba lihat beberapa orang yang secara kreatif menggunakan teknologi digital sehingga pada akhirnya mereka dapat menginspirasi banyak orang, memberikan manfaat, dan bahkan menghasilkan uang.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknologi digital itu antara lain bermanfaat untuk: 

  1. sumber informasi; 

  2. membangun kreativitas; 

  3. komunikasi; 

  4. pembelajaran jarak jauh; seperti saat ini yang terjadi karena merebaknya penyebaran Covid-19 di dunia, memaksa untuk melakukan online learning. 

  5. jejaring sosial; 

  6. mendorong pertumbuhan usaha; 

  7. memperbaiki pelayanan publik; dan 

  8. mendorong munculnya profesi baru.


3.3. Tantangan Pendidikan dan Pengasuhan pada Era Digital 

Di samping banyak manfaat penggunaan gadget di era digital ini, ternyata gadget juga menyimpan berbagai risiko yang, jika kita tidak bijaksana menggunakannya, akan berdampak negatif. Beberapa potensi risiko yang perlu diperhatikan oleh orang tua seperti: 

  1. Kesehatan Mata Anak: Paparan berlebihan terhadap penggunaan telepon pintar dapat memicu penglihatan yang buruk. 

  2. Masalah Tidur: Masalah tidur anak dapat terjadi karena lamanya melihat layar digital dan media digital. 

  3. Kesulitan Konsentrasi: Penggunaan media digital memiliki efek terhadap keterampilan dan mengubah perhatian anak sehingga bisa meningkatkan perilaku terlalu aktif dan kesulitan untuk berkonsentrasi. 

  4. Menurunnya Prestasi Belajar: Penggunaan media digital yang berlebihan dapat menurunkan prestasi belajar anak. 

  5. Perkembangan Fisik: Penggunaan media digital membatasi aktivitas fisik yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang yang optimal. Anak sering menahan lapar, haus, dan keinginan buang air sehingga mengganggu sistem pencernaan dan menyebabkan ketidakseimbangan bobot tubuh (terlalu gemuk atau terlalu kurus). 

  6. Perkembangan Sosial: Anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih mementingkan diri sendiri sehingga sulit bergaul secara langsung serta memiliki kesulitan mengenali berbagai nuansa perasaan. 

  7. Perkembangan Otak dan Hubungannya dengan Penggunaan Media Digital: Anak-anak perlu menyeimbangkan antara bermain di perangkat digital dan bermain di dunia nyata. 

  8. Menunda Perkembangan Bahasa Anak: Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan media digital bisa menunda perkembangan bahasa anak, terutama bagi anak-anak yang berusia dua tahun ke bawah.


3.4. Antisipasi Dampak Negatif Era Digital bagi Anak Melalui Pembiasaan Baik di Keluarga 

Anak kita digital native dan secara bakat menguasai dunia digital. Namun, harus ada seseorang yang membimbing (coach), disinilah yang paling banyak berperan sebenarnya adalah keluarga. Hal-hal  praktis yang dapat dipraktikkan oleh orang tua terhadap anaknya, misalnya:

  1. Membuat kesepakatan

  2. Mengajarkan dan melatih anak bermain game sesuai usianya

  3. Mengajarkan dan melatih anak memakai handphone secukupnya dan seperlunya

  4. Mengajarkan dan melatih anak untuk menjaga pandangannya

  5. Mengajak anak untuk berfikir, memilih dan memutuskan

  6. Melatih kontrol diri anak seperti: melatih untuk berfikir kritis, melatih untuk menimbang baik dan buruk, melatih kemampuan membuat perencanaan, melatih menunda kepuasan dengan memberi tantangan dahulu sebelum memberikan sesuatu.


Sebagai contoh mengenai membuat kesepakatan mengapa itu penting untuk diletakkan di awal? Mari kita lihat kasus kejadian di salah satu keluarga di bawah ini. Ketika Ayah bekerja, hampir tiap hari selalu mendengar si Mama mengatakan, "Duuuh ni anak main HP mulu! Kakak udah main HP-nya! Kalau ga berenti nanti Mama sita HP-nya!" Beberapa waktu kemudian si Mama curhat kepada si Ayah, "Ayah... anak kita kenapa yah susah banget berhenti kalau udah pake HP? Kalau ga main mobile legend, youtube-an terus kerjaannya. Kalau diminta ini itu, jawabannya ntar ntar ntar.... Gimana dong ini?" Kemudian ayahnya mengatakan dengan nada datar, "Ya, kamu sih, Mah, terlalu manjain dia. Kan Ayah udah bilang jangan dikasi…. Ini masih aja banyak ga tegaannya." Yap! Suasana pun kemudian hening.... Si Mama kesal disalahkan melulu. Sementara itu, si Ayah selalu punya standar jawaban, "Aku kan kerja, urusan anak aku udah percayain sepenuhnya sama kamu, Mah. Masa sih gitu doang ga bisa…." Memercayakan dengan melepaskan kadang berbeda tipis. Kadang kita marah kepada seseorang karena orang tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Di sisi lain mungkin orang tersebut tidak tahu bahwa dia tidak bisa memenuhi ekspektasi kita. Itukah anak kita? Itukah pasangan kita? Hal itu menandakan pentingnya kesepakatan diletakkan di awal, bukan di tengah-tengah apalagi di akhir, baik itu dengan pasangan, dengan anak, bahkan dengan orang tua/mertua. Setidaknya tiap orang akan tahu do's & don’ts-nya, meminimalisir kesalahpahaman, perbedaan ekspektasi, dan konflik di dalam keluarga. Diperlukan kesepakatan untuk hal apa pun yang memang dirasa penting dan perlu. Kesepakatan itu sebisa mungkin harus saling menguntungkan kedua pihak, ada negosiasi, dan tidak memaksakan kehendak salah satu pihak, atau hanya menerima saja apa adanya. 




BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

Coba bayangkan jika kita hidup di tengah lautan, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan mengunci anak kita rapat-rapat agar tidak keluar rumah karena khawatir mereka tenggelam? Atau sebenarnya kita akan mengajarinya berenang agar dia bisa mandiri, tangguh walaupun kita tidak ada di sampingnya lagi. Jika jawabannya adalah mengajari mereka berenang, begitu juga dengan dunia anak kita saat ini yang hidup pada zaman teknologi. Kita berada pada era digital sehingga hampir semua hidup kita dikelilingi dengan alat bantu teknologi. Apakah kita akan menjauhkan mereka dari teknologi? Atau justru mulai mengajarkan kepada mereka tentang bagaimana cara menggunakan teknologi yang baik dan bijaksana agar mereka tangguh dalam menghadapi tantangan zaman? 

Sebagai orang tua kita harus mengoptimalkan teknologi digital untuk mengasuh anak. Meskipun demikian, kunci utama pengasuhan digital adalah adanya kesepakatan antara ibu dan ayah mengenai cara pengasuhan anak yang paling sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut. Kemudian menerapkan cara pengasuhan itu secara konsisten melalui interaksi langsung, suri tauladan, dan kebiasaan dalam keluarga. Menyikapi penggunaan media digital di tengah keluarga secara bijaksana. Membuat aturan dan kesepakatan dalam keluarga terkait penggunaan media digital itu. Dan memastikan seluruh keluarga mendapatkan lebih banyak manfaat daripada efek negatifnya. Media digital hanyalah alat bantu dalam keluarga, ia tak dapat menggantikan peran orang tua dan interaksi keluarga secara langsung. Marilah kita mendidik anak pada era digital.



REFERENSI

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. 2019. Modul Mendidik Anak Di Era Digital

Dyna Herlina, dkk. 2018.  Digital Parenting: Mendidik Anak Di Era Digital. Yogyakarta: Samudra Biru

https://www.internetworldstats.com/stats3.htm#asia. ASIA INTERNET USE, POPULATION STATISTICS DATA AND FACEBOOK DATA - JANUARY 31, 2020.


No comments:
Write komentar

Recent Posts

Contact Form

Name

Email *

Message *